Melalui Diversifikasi Usaha, KKP Tingkatkan Keterampilan Wanita Nelayan Toba Samosir
Balige - Peningkatan peran wanita nelayan menjadi perhatian khusus dalam pembangunan masyarakat perikanan. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan usaha perikanan yang berwawasan gender.
Berangkat dari hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Perizinan dan Kenelayanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) telah dan terus berupaya meningkatkan keterampilan wanita nelayan melalui kegiatan diversifikasi usaha nelayan. Salah satu di antaranya dilaksanan melalui pembekalan materi dan praktek pengembangan usaha ekonomi produktif bagi wanita nelayan di kawasan Danau Toba, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
"Wanita nelayan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga nelayan dan memiliki peranan yang sangat strategis terhadap ekonomi keluarga. Wanita nelayan tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, namun bisa melakukan kegiatan produktif guna menambah penghasilan keluarga," ujar Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan, M. Zulficar Mochtar melalui siaran pers, Senin (16 September 2019).
Lebih lanjut, Zulficar mengatakan, pengembangan dan diversifikasi usaha nelayan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan tambahan bagi wanita nelayan di Toba Samosir. Sehingga bermanfaat untuk menambah penghasilan keluarga.
"Kita tak dapat pungkiri dengan keterlibatan wanita dalam menopang perekonomian keluarga maka permasalahan dalam memenuhi kebutuhan hidup dapat teratasi," katanya.
Zulficar menjelaskan, bentuk kegiatan yang dilakukan adalah bimbingan teknis pengolahan produk perikanan dan kerajinan tangan dengan memanfaatkan limbah sampah plastik. Pada kegiatan ini, DJPT memberikan bantuan peralatan diversifikasi usaha kepada 50 wanita nelayan sebagai salah satu upaya mendukung pengembangan usahanya.
"Kita juga memfasilitasi para wanita nelayan dengan diberikan buku rekening tabungan dalam rangka mendukung program keuangan inklusi. Peran aktif wanita nelayan dalam mengelola keuangan keluarga salah satunya adalah dalam bentuk budaya menabung," imbuh Zulficar.
Melalui program diversifikasi usaha nelayan ini, kata Zulficar, pemerintah mendorong dan memotivasi wanita nelayan dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan kompetensinya untuk menciptakan serta mengembangkan usaha ekonomi produktif sebagai mata pencaharian alternatif.
Selain itu, KKP bersama Unit Manager Comm Reel & CSR PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Sumatera Utara juga mendorong wanita nelayan untuk memanfaatkan limbah plastik menjadi ecobrick.
Zulficar mengatakan, Kabupaten Toba Samosir terkenal dengan potensi keindahan alam panorama Danau Toba, seni budaya asli, dan sumber daya alam untuk pengembangan pariwisata dan perikanan. Kebersihan danau toba dan kelestarian sumber daya alam di sana perlu dijaga dari limbah sampah plastik maupun penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
"Nama Danau Toba ini sudah mendunia, tidak elok kita bangsa Indonesia mengotorinya dengan sampah plastik. Berangkat dari hal itu, kita berikan pelatihan untuk wanita nelayan mengelola sampah plastik menjadi sesuatu yang bernilai guna melalui ecobrick," tuturnya.
Dikatakan Zulficar, ecobrick sendiri adalah metode untuk meminimalisir sampah dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik (sampah yang tak dapat diuraikan atau membutuhkan waktu lama untuk terurai) hingga benar-benar keras dan padat. Tujuan dari ecobrick sendiri adalah untuk mengurangi sampah berbahan dasar plastik serta mendaur ulangnya dengan media botol plastik untuk dijadikan sesuatu yang berguna.
Pelatihan ecobrick yang digelar selama dua hari pada tanggal 14-15 September 2019 kemarin, kata Zulficar, bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada wanita nelayan agar memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sampah plastik yang bersifat anorganik.
Dengan pengelolaan yang baik, Zulficar menuturkan, sampah plastik ini akan memiliki nilai ekonomi tinggi dan membantu menjaga kebersihan lingkungan. Hasil produk pelatihan pengelolaan sampah plastik menjadi ecobrick berupa produk seperti meja, kursi, maupun barang kesenian lainnya yang memiliki nilai jual yang bagus.
"Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden untuk menangani sampah plastik. Sosialisasi dan workshop pembuatan ecobrick ini merupakan salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan. Selain itu juga berpeluang dalam pengembangan produk bernilai jual sehingga berimbas pada peningkatan pendapatan keluarga nelayan," imbuhnya.
Selama pelatihan ini, para wanita nelayan sangat antusias. Permasalahan sampah plastik yang terus meningkat dan menimbulkan dampak buruk di masyarakat, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tambah melalui ecobrick.//**